Thursday, August 27, 2009

Dilema Akhir Pekan

Saya seringkali merasa bimbang jika akhir pekan tiba. Bukan karena tidak ada kegiatan dan merasa mati kebosanan di rumah, tapi karena sering terjadi tabrakan kepentingan di waktu tersebut. Di satu sisi, saya ingin istirahat total di rumah, memanjakan badan dan pikiran dengan tidur seharian atau nonton film. Selain itu, liburan akhir pekan merupakan waktu paling nyaman untuk menulis. Di sisi yang lain, selalu saja ada keperluan yang harus diselesaikan dan akan mengganggu pikiran jika tidak dikerjakan.

Rasa kasihan karena seorang sepupu saya selalu minta ditemani, seorang teman lama yang tiba-tiba mengirim pesan pendek untuk minta bertemu, hajatan pernikahan teman kantor, kerabat, atau kenalan, dan tentu saja, lembur kerja kantor yang tiba-tiba keluar aturan serta sanksinya, sungguh membuat hati ini risau untuk memilih satu yang dirasa paling penting. Untuk sepupu memang sebenarnya saya menyediakan waktu sebulan sekali dari waktu setiap akhir pekan yang dimintanya. Ini pun kadang masih terdapat kelonggaran. Namun, kegiatan-kegiatan insidental kadang datang menyapa secara tiba-tiba seolah memberi kejutan. Antara rasa takut bersalah dan tidak enak hati dengan mereka-mereka yang berkepentingan dengan saya, biasanya saya akan memilih secara tegas untuk tinggal di rumah dan mulai duduk untuk benar-benar menulis.

Saya berusaha untuk menganulir kegiatan-kegiatan yang memang memiliki intensitas yang masuk kategori tidak penting. Bukannya saya egois, namun lebih kepada mempertahankan prinsip untuk mencapai salah satu mimpi saya sejak kecil (yang terus menerus tertunda) yaitu menulis cerita. Akan tetapi, saya hampir tidak bisa menjelaskan tentang kesibukan yang saya jalani. Kalau ini disebut egois mungkin saya tidak keberatan karena terus terang menulis membutuhkan waktu tersendiri untuk secara tenang bereuni dengan diri pribadi, mengekspresikan ide yang terlintas di pikiran menjadi sesuatu yang terbahasakan.

Langkah tersebut saya ambil karena memang telah banyak waktu terbuang percuma tanpa suatu hal yang bermakna. Saya yakin mereka akan mengerti dan menghargai apa yang saya lakukan tanpa saya harus berterus terang tentang apa yang menjadi beban pikiran selama ini.

Akan tetapi, tidak selamanya setiap akhir pekan saya menghabiskan waktu liburan untuk menulis. Mengunjungi sepupu saya yang minta ditemani kadang-kadang juga menjadi semacam tamasya penghiburan setelah kepenatan dan kebosanan dalam pekerjaan datang melanda. Bersosialisasi dengan teman-teman lama juga masih saya lakukan walaupun intensitasnya semakin berkurang. Semua itu akan berusaha saya lakukan walaupun jarang karena pada dasarnya saya bukan manusia yang antisosial, namun bukan pula manusia yang mau berhenti menulis. Oleh karena itu, saya hanya bisa berdoa, semoga semua baik-baik saja.

No comments:

Post a Comment