Friday, May 14, 2010

Sebuah Rencana (Jalan-Jalan) Lagi

kadal raksasa Varanus comodoensis
Add caption
When was the last time you did something for the first time? Bosan: jika ini sudah melanda, pertanyaan tadi biasanya muncul dalam hidup saya. Padahal baru saja cuti, saya sepertinya mau mengajukan cuti lagi. Dan kali ini, berdasarkan pada konspirasi teman-teman, saya ingin sekali ke Pulau Komodo. Habitat Varanus Komodoensis yang masuk dalam daftar 7 keajaiban dunia yang baru ini sepertinya memiliki daya pikat tersendiri buat saya.

Namun demikian, saya tidak melulu akan ke Pulau Komodo saja. Pertama saya akan ke Mataram. Setelah itu barulah sailing trip ke Pulau Moyo, Satonda, Kelelawar, Rinca, baru ke Pulau Komodo. Perjalanannya kira-kira akan berlangsung 6 hari. Jadi saya ambil cuti 4 hari ditambah libur hari sabtu dan minggu, genap deh 6 hari. Saya berharap perjalanan saya kali ini menyenangkan, dalam artian selamat di perjalanan, selamat sampai kembali ke rumah, matahari bersinar terang, lautnya kelihatan biru banget, dan tidak ada halangan suatu apapun.

Dan semoga ijin cuti saya dikabulkan oleh bos. ;=)
Can't hardly wait to see Comodo in their habitat. This is the map of Comodo Island.

Pulau Komodo ini masuk ke dalam wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Nah, kalau rencana trip saya dari Mataram, lanjut ke Gili, trus berlayar ke Moyo-Satonda-Laba-Komodo-Pink Beach-Kalong Island-Labuan Bajo-Mataram, berarti kalau rencana tersebut lancar, saya akan keliling seluruh propinsi Nusa Tenggara Barat. Wah kelihatannya menyenangkan dan full of petualangan.

Dengan budget ala backpacker (berarti pas di kantong), ya harus rela dapat fasilitas biasa-biasa saja. Tapi seperti yang banyak orang bilang, this isn't about the destination, but the journey.

Dan sepertinya, setelah trip ini, saya berencana untuk menulis kenangan petualangan-petualangan saya selama trip-trip yang sudah saya jalani. Pengen sekali punya buku yang saya tulis sendiri, tentang diri saya sendiri, pokoknya book of mine. Semoga saja semangat saya selalu meluap-luap untuk merealisasikan rencana-rencana saya satu persatu. Bismillahirrohmannirrohim.

Gambar dipinjam dari sini dan situ.

Thursday, April 22, 2010

Susahnya Mengumpulkan Komentar di Blog

Baru-baru ini saya sedang mengikuti kompetisi blog baik tingkat nasional maupun tingkat internasional. Sekadar coba-coba karena melihat (atau lebih tepatnya mengamati) blog-blog yang lebih dulu berhasil menjuarai kompetisi seperti dimaksudkan. Setelah mengidentifikasi banyak blog yang mendapat penghargaan, saya mempunyai sedikit percaya diri bahwa setidaknya bobot tulisan yang disajikan dalam blog-blog pemenang tersebut tidak jauh berbeda dengan tulisan saya (setidaknya menurut beberapa teman dan pendapat subyektif dari diri saya sendiri hehehe).

Yang menjadi permasalahannya, waktu pengumuman blog siapa saja yang masuk nominasi di kompetisi blog tingkat dunia (waktu itu pusatnya di Jerman), ternyata blog saya Keajaiban Kata belum bisa masuk nominasi. Agak sedih juga sih, tapi apa daya karena di setiap kompetisi seperti itu selalu ada aturan 'KEPUTUSAN DEWAN JURI TIDAK DAPAT DIGANGGU GUGAT' yang sangat menyebalkan. Namun, tidak patah semangat saya berusaha untuk mengidentifikasi mengapa blog saya tidak ikut nominasi di ajang bergengsi tersebut. Setelah saya lihat, ternyata kolom komentar yang ada di blog saya TIDAK seramai komentar di blog para nominator itu. Sebenarnya saya agak kurang setuju dengan kriteria ini. Soalnya banyak banget dari blog-blog yang jadi nominator, kalau dilihat dari kualitas tulisan sih sebenarnya biasa-biasa saja, tidak ada yang mencolok, bahkan cenderung 'encer' kedalaman tulisannya. Tapi, karena setiap postingannya banyak komennya, maka jadilah blog tersebut nominator. Lha, kalau dibandingkan dengan tipe-tipe tulisan saya, jika saya perhatikan dari jumlah kunjungan sih rame-rame juga, tapi karena (mungkin) sudah ngeh dengan isi tulisan saya (kepedean.com), akhirnya gak perlulah meninggalkan komen-komen segala semacam wah tulisannya bagus mas, tulisan yang menginspirasi, atau saya senang membaca tulisan Anda, semangat nulis ya.

Walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa komentar-komentar tersebut menyenangkan dan dapat meningkatkan semangat saya dalam menulis sesuatu yang lebih baik, tapi kok ya, gak penting banget gitu ya rasanya. Berbeda jika komentar tersebut menanyakan atau menanggapi persoalan yang belum jelas atau berupaya untuk mengajak diskusi, ini yang bagi saya jadi menarik.

Maka dari itu, komentar di blog seharusnya sih tidak dijadikan acuan dalam penilaian. Dan ngomong-ngomong masalah minta komentar tulisan, saya sudah mengalami berbagai macam perlakuan baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Pernah suatu ketika saya minta komentar untuk tulisan saya di blog saya yang bener (linknya ada di bagian samping blog ini) pada beberapa 'publik figur' baik yang ada di Indonesia maupun yang kondang di seantero dunia. Saya minta komentar ke mereka karena saya pikir kebanyakan dari mereka sudah lebih dulu berkarya dan tak sudah banyak mendapat pengakuan. Senang rasanya jika tulisan kita mendapat tanggapan dari orang yang dianggap sudah senior di bidangnya. Dan betapa menariknya tanggapan dari mereka. Yang memiliki kriteria care sih saya kira tidak banyak. Paling tidak yang menyempatkan diri untuk bilang tulisan yang menarik, semangat berkarya ya atau kata-kata semacam itu, untuk publik figur di Indonesia tidak banyak jumlahnya. Kebanyakan dari mereka berpandangan bahwa para pemula sebaiknya mengamati saja karya-karya yang sudah ada. Pelajari. Dan karya seperti itulah yang dianggap bagus. Cuih. Belum tentu kali.

Saya beberapa kali blogwalking di beberapa blog artis atau pejabat atau orang terkenallah pokoknya, nulis gak penting saja komentarnya sampai puluhan, bahkan ratusan. Blog yang sangat membosankan sekali dan sangat tidak penting untuk dibaca. Ya memang ada beberapa blog milik para artis yang OK banget. Paling tidak tulisannya itu ada mutunya, tidak asbun, dan paling tidak argumen yang dilontarkan pun menarik untuk diikuti. Blog seperti ini tidak banyak di negeri ini. Tapi ya itu, sebelas duabelas, kebanyakan dari mereka-mereka ini, susah sekali dimintai pendapat seputar tulisan saya di blog. Apa karena jam terbangnya sudah cukup tinggi ya sehingga untuk menyempatkan diri sekadar memberi komentar saja kok kayak diajak miskin saja hehehe. Tapi, mungkin juga mereka sedang sibuk. Tapi kok, twitternya aktif bennneerrr. AArrgghh. Tapi, mereka-mereka ini biasanya berkenan memberikan komentar jika tulisan kita ada sangkut pautnya dengan mereka. Huhft, egois banget ya hehehe. (semoga entar kalau kejadian menjadi orang terkenal tidak pelit komentar. Amin).

Yang tanggapannya standar sih juga banyak, tapi tidak banyak-banyak banget. Termasuk kelompok ini adalah orang-orang yang masih berusaha menghargai kita-kita para penulis pemula. Paling tidak mereka ini masih bersedia untuk berkunjung untuk sekadar membaca atau bahkan mengintip saja tulisan-tulisan kita.

Yang paling parah dan paling sok menurut saya adalah golongan orang-orang yang berpikiran huhft siape lu, gak kenal juga, SKSD banget sih ampe minta komen segala di blognya, emang lu siape, gak penting banget deh. Dan terbengkalailah permintaan kita begitu saja. Benar-benar serasa pecundang gak sih hehehe. Males banget kalau dapat perlakuan seperti itu.

Yang paling menyakitkan justru jika datangnya dari teman atau orang yang kita kenal. Biasanya mereka terang-terangan tidak mau memberi barang sedikit komentar. Seringnya mencemooh tok. Ih, males jadinya kalau melihat keadaan seperti itu.

Akhirnya saya jadi kembali pada pemikiran awal yang menyembul saat kegiatan ngeblog saya dulu dimulai. Bahwa kriteria blog atau tulisan yang bagus tidak tergantung pada seberapa banyak komentar yang ada di setiap tulisan yang kita posting. Orang boleh berlalu lalang untuk datang dan pergi, berseliweran baik membaca maupun hanya sekedar mengintip saja, bagi saya itu tidak masalah. Orang boleh bebas menanggapi tulisan saya. Yang jelas, niat saya menulis awalnya bukan berusaha untuk mengumpulkan komentar sebanyak-banyaknya. Namun, jika komentar yang banyak tersebut diperlukan, maka saya juga berusaha untuk membujuk teman-teman saya untuk berkomentar. Nista bener kan, mau nulis aja minta komentarnya musti ngemis-ngemis. hehehe.

Ya udah, jika suatu saat ada yang kesasar di blog ini dan kemudian bersedia membacanya sampai kalimat ini, tolong tunjukkan bagaimana caranya membuat tulisan kita dikomentari banyak orang yang membaca?

Terima kasih sharingnya ;=)

Friday, April 16, 2010

Abaut My Traveling

Entah setan apa yang tiba-tiba memengaruhi saya untuk suka jalan-jalan. Padahal dulunya saya adalah 'anak baik-baik'. Dari rumah pergi ke sekolah. Dari sekolah pulang ke rumah lagi. Belajar. Berdoa. Nonton tivi, bla bla bla. Intinya hidup saya seperti model amphibia. Hidupnya ada di dua alam. Hanya sebatas rumah dan sekolah. Jarang sekali keluyuran ke mana gitu sendirian. Padahal orang tua juga tidak terlalu mengekang kehidupan yang saya jalani.

Sampai suatu ketika, saya mengalami suatu 'transformasi' kehidupan dari masa kanak-kanak ke dunia remaja. Saya mulai suka keluyuran dulu sebelum pulang ke rumah. Mulai berani naik omprengan atau nebeng mobil pick up saat pulang kemaleman, baju seragam juga mulai berani dikeluarin, celana seragam agak-agak komprang atau kombor (istilah untuk celana cutbrai di sebuah daerah perkotaan di Jawa Timur, sigh). Hihihihi, aneh juga. Namun hal itu tidak saya lakukan tiap hari. Paling-paling cuma weekend saja. Karena dari lubuk hati saya yang paling dalam masih menyerukan untuk menjadi anak 'baik-baik'. hehehe.

Dan sekarang setelah 'gede' dan bukan anak-anak, yang paling tidak sudah bisa hidup mandiri, saya jadi semakin suka jalan-jalan. Jalan-jalannya juga ke mana saja. Secara animo dan libido untuk memuaskan diri mengunjungi tempat-temapt menarik menjadi begitu tinggi. Dan alhamdulillah udah punya duit sendiri. Dan parahnya ni, menemukan teman-teman yang punya kesamaan suka jalan-jalan. Ditambah harga tiket pesawat yang terjangkau dan letak kantor yang juga gak terlalu jauh dari Bandara Internasional Soekarno Hatta (international bo'), walhasil keinginan untuk jalan-jalan semakin menemukan karpet merahnya. Ciao ;=)

Jalan-jalan bagi saya juga menjadi semacam media pengalihan kepenatan pikiran. Refresing terhadap semua yang berkontribusi membuat stres di pikiran. Kerjaan yang menuntut deadline, macet yang ditemui tiap hari, dan sederet konflik 'intern' yang sepertinya menjadi makanan tiap hari juga jadi semacam alasan untuk 'membenarkan' diri menikmati jalan-jalan. Sampai saat ini, saya belum tertarik untuk mengikuti jasa paket tur yang ditawarkan oleh travel agent. Kalau saya pikir, kok kayaknya gak bebas banget ya bertamasya gitu waktunya dibatasi. Secara saya suka sekali foto-foto. Hampir setiap objek yang saya pikir 'lain' dan unik saya ambil gambarnya. Dan juga kalau ada background yang sepertinya menarik, kan rugi kalau kita udah jauh-jauh ke situ kok gak ada acara foto-fotonya.

Selain agar bisa mengabadikan momen yang sangat berharga, foto-foto juga bisa digunakan sebagai kenang-kenangan yang sangat berharga, bahwa kita sudah ke sini, sudah ke situ. Rasanya seneng banget bisa berkunjung dan mengenal suatu daerah dengan orang-orang yang sama sekali baru kita temui di jalan. Untuk menyimpan 'kenangan' itu, makanya saya juga membuat blog ini. Yah siapa tau, tulisan-tulisan saya ada yang baca. Kalau tidak ada ya tidak masalah, yang penting saya sudah bisa mengekspresikan diri lewat tulisan. Meskipun hanya di blog dengan hosting gratisan pula. (lah ada manfaatnya juga kan, foto-foto juga bisa buat mempercantik blog).

Maka dari itu, mulai saat ini, selain mengisinya dengan kegiatan kreatif saya dalam menulis, blog ini juga akan menjadi semacam tempat untuk memenuhi hasrat saya dalam ber'jalan-jalan' ria. Saya akan menuliskan pengalaman saya di sini. So tunggu saja, mau yang baik-baik, yang sopan, yang konyol, yang weird, dan lain-lain akan saya posting di sini.

Senangnya bisa nulis lagi. ;=)

Tuesday, April 06, 2010

Aku Sakit

Hadawh. Lagi gak enak bodi ni.
Badan pegel-pegel semua. pilek. flu. pengen nulis sesuatu di blog Keajaiban Kata tapi gak sempet-sempet nulis. Gak tau ni, bisa mulai nulis lagi kapan ya?
Sekarang lagi sibuk menikmati buku Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf. Buku ini memenangkan sayembara menulis novel Dewan Kesenian Jakarta. Waw, sayembara yang tidak main-main ni, secara jurinya juga orang-orang top yang memang ahli sastra semua. Saya bilang ahli maksudnya bergelutnya emang di dunia tulis-menulis dan apresiasi sastra.
Saya pengen banget ikutan lomba penulisan novel yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta ini. Tapi kok kayaknya susah banget. Susah mencari waktu yang tepat untuk nulis maksudnya.
Akhir-akhir ini entah gak tau, sepertinya semangat saya lagi menurun. Kerjaan emang selesai, cuma habis nyampai rumah ya bawaannya langsung ngantuk banget. Begitu bangun udah pagi aja.
Waktu kayaknya terbuang banget di tempat tidur. Rasanya semangat kok hilang gini ya. Apa gara-gara blog saya yang keajaiban kata gak jadi nominasi Best Indonesian Blog tingkat internasional itu ya. Mungkin juga.
Walaupun gak pa pa, tapi ada sedikit rasa kurang puas dengan blog-blog pilihan juri. Pasalnya, nominator yang terpilih, ada beberapa blog yang isinya biasa-biasa saja. Menulis tentang hal-hal remeh-temeh yang (menurut saya) sangat-sangat tidak penting. Tapi anehnya, mereka terpilih? Hanya gara-gara tulisannya banyak komentarnya (yang gak penting juga). Mungkin yang gak penting-gak penting itu kali ya yang bisa mencuri perhatian juri.
Saya tidak mengatakan blog saya itu bagus, namun, jika dibandingkan dengan blog-blog yang dapet nominasi, kok tulisannya masih bermutu punya saya ya. Setidaknya, hal itu dibuktikan dengan banyaknya kunjungan yang datang di blog saya, lalu blog saya juga mendapat predikat Inspiring Blog versi detik.com.
Ya itulah, saya sadar kalau tidak semua juri mempunyai selera yang sama. Mungkin juri yang ini lebih suka desain yang unik daripada isi yang 'berisi'.
Walaupun saya agak kecewa dengan hasil seleksi tersebut (yang membuat saya tidak jadi terbang ke Jerman pada pertengahan Juni tahun ini hiks hiks hiks), tapi saya akan tetap terus menulis. Saya mendapat cara dari beberapa penulis yang memang sudah lebih dulu eksis dan punya nama di jagad perbukuan di Indonesia. Mereka sering keliling Indonesia untuk menghadiri talkshow atau diskusi buku yang diadakan oleh toko buku atau grup diskusi yang ada di daerah. Berangkat dari hal itu, sepertinya saya pengen rajin-rajin menulis, siapa tahu kalau ntar-ntar ada yang suka dengan tulisanku, bakal ada yang ngundang untuk acara diskusi buku. Yang paling pentik bagi saya adalah jalan-jalannya itu.
Kalau yang mengundang saya itu adalah komunitas di luar Jawa, wah paling tidak kan bisa sekalian traveling gitu. hehehe. Soalnya pengen banget gitu, jalan-jalan ke luar Jawa, sabtu minggu aja, tapi paling tidak sebulan dua kali, gratis pula hehehe. daydreaming.com ni ceritanya.
Tapi emang udah lama kayaknya saya tidak jalan-jalan.
Hadewh, semoga pilek ini lekas sembuh ya, biar bisa nyicil untuk menulis di blog. Buku Room to Read yang udah kelar dibaca juga belum dibuat reviewnya. Ya Allah berikan kesembuhan kepada hambaMu ini. Berikan pula inspirasi agar bisa lancar menulis. Jauhkan dari gangguan-gangguan yang gak penting.
OK. semangat .... datanglah kepada tubuh dan jiwa ini, biar saya bisa cepat-cepat menerbitkan buku.
Keep writink!!!
;=)

Monday, March 29, 2010

Hari-Hari yang Membosankan

Mengapa ya hari-hari kok rasanya membosankan? Bangun pagi, sholat subuh, ngaji, baca buku, olah raga, setrika, minum susu, mandi, berangkat ke kantor, kerja, kerja, dan kerja, pulang kantor, olah raga (lagi), mandi, magrib, makan malam, isya', baca buku atau nonton, tidur. Begitu terus setiap hari. Jebakan sirkuler. Monoton. Gak ada variasinya. Weekend, mostly, ya tidur. Karena hari libur adalah hari tidur sedunia. La trus, di mana letaknya jam-jam kreativitas? Kadang saya agak pusing untuk menentukan letak jam-jam produktif untuk menulis. Pengen rasanya punya waktu luang yang berlebih, traveling ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya, membaca buku sampai jauh malam dengan cemilang siap di rak tanpa perlu repot-repot harus menjemputnya dari supermarket. Punya segepok uang di rekening yang bisa menjamin untuk melakukan apa saja, kapan saja, dan di mana saja. Pengen ini, pengen itu, pengen semuanya. Tentunya yang fun aja.

Pekerjaan administratif yang saya kerjakan memang tidak terlalu berat. Tapi, berada pada kondisi ini selama beberapa waktu, melakukannya secara rutin hampir setiap minggu dengan warna yang serupa, kadang-kadang bosan juga. Pengen sekali punya variasi pekerjaan di luar kantor yang sekaligus bisa mengusir kepenatan. Pikiran untuk membeli motor, pindah tempat kos, atau keinginan untuk melanjutkan sekolah membuat saya harus membuat pilihan-pilihan strategis, yang tentunya juga membutuhkan konsekuensi-konsekuensi.

Tadi saya sempat mengintip situsnya Dewan Kesenian Jakarta, ada lomba menulis novel DKJ 2010. Kayaknya tantangannya lumayan juga. Pengen banget ikutan lomba menulis novel yang berbau-bau sastra begitu. Tapi kalau saya lihat karya-karya jebolan yang menang lomba di tahun-tahun sebelumnya kok isinya gak jauh-jauh dari tema politik, seks, dan masalah-masalah sosial. Kok sepertinya belum ada ya pemenang yang karyanya unik mengenai anak-anak, pendidikan, ajaran budi pekerti, atau hal-hal yang 'pokoknya' gak jauh-jauh dari anak-anak gitu lo. Seingat saya sih kok belum ada ya?

Pengen banget ikutan lomba menulis novel ini? Tapi entah gak tau ya, 30 September 2010 nanti udah bisa selesai atau belum? Selesai gak selesai tetep harus ditulis kok ceritanya. Soalnya kalau saya pikir-pikir, sebuah cerita yang (menurut saya) unik dan bagus, sayang banget kalau hanya nangkring di kepala saja, sayang banget kalau hanya terpenjara di dalam harddisc dalam bahasa biner. So, menulis, menulis, dan menulis. April, mulai lagi projek menulis yang dulu sudah direncanakan awal Desember tahun lalu.

Blah, pemalas benar ya diri ini. Semangat lagi ah. :=)

Friday, March 26, 2010


Pagi-pagi sudah dapat pencerahan. Pagi ini saya iseng-iseng membuka-buka buku Room to Read (Tinggalkan Karier di Microsoft demi Membangun 7.000 Perpustakaan di Pelosok Dunia). Buku ini dulunya pernah diterbitkan dengan judul Leaving Microsoft to Change the World. Sebenarnya apa yang dialami oleh John Wood, penulis buku ini, tidak berbeda jauh dengan apa yang saya inginkan. Karier cemerlang, suka membaca buku, mencintai keheningan, mendamba ketenangan hidup, dan senang jalan-jalan.

Membaca buku ini, saya mendapati beberapa petikan yang sangat inspiratif. Salah satunya adalah kalimat dari Dalai Lama yang diambil dari bukunya yang berjudul The Art of Happiness yaitu fakta dasarnya adalah bahwa semua makhluk yang memiliki kesadaran, terutama manusia, menginginkan kebahagiaan dan tidak menginginkan rasa sakit dan penderitaan'. Selain itu ada juga salah satu petikan dari Dostoyevsky yaitu ' Jika Anda berharap untuk melihat sekilas ke dalam jiwa manusia dan ingin mengenal seorang manusia, pandanglah saat dia tertawa. Jika dia tertawa dengan baik, dia adalah orang baik.

Mengapa dua petikan itu penting menurut saya. Sampai saat saya menulis catatan ini, buku tersebut baru saya baca sampai halaman 36, jadi belum sampai selesai. Kedua petikan di atas, menyentil pemikiran saya karena akhirnya pemikiran itu datang juga kepada saya, melalui sebuah buku pula. Kekayaan, materi, karier, dan segala pernak-pernik yang mengikutinya memang enak dan membawa kita pada kemudahan fasilitas, namun sesuatu yang tak terbeli oleh materi adalah kebahagiaan itu sendiri. Perasaan bahagia memang mahal harganya. Dan memang benar kata Dalai Lama itu. Kutipan itu juga mengingatkan saya pada sastrawan Budi Darma. Beliau pernah menulis bahwa tak ada manusia di dunia ini yang benar-benar memilih untuk hidup tidak bahagia. Wuih dalem banget pokoknya.

Mengenai petikan yang kedua, saya baru tau identifikasi seperti itu. Kalau saya flashback ke belakang sih sebenarnya ada benarnya juga. Saya inget gaya tertawa dari teman-teman saya. Memang dari situ bisa terlihat sih sifatnya. Walaupun tidak secara 100% bisa jadi patokan, tapi sepertinya cukup valid. Mungkin mulai saat ini saya akan lebih teliti lagi mengamati. dari situ saya juga akhirnya berpikir, bagaimana teman-teman saya menilai diri saya? Apakah saya ini termasuk kategori orang baik-baik? Wadew, saya sudah kalau disuruh jawab pertanyaan ini.

Oleh karena penasaran dengan isinya, ditambah dengan deadline membaca buku yang sepertinya agak-agak mengganggu jadwal terpadat saya akan tidur siang, akhirnya saya akan kembali bergumul dengan buku itu. Room to Read. Happy reading. ;=P

Gambar dipinjam dari sini.

Wednesday, March 24, 2010

Prioritas


Entah kenapa ya akhir-akhir ini saya sulit sekali menentukan skala prioritas dalam hidup yang saya jalani. Banyak sekali pikiran yang terlintas dan menuntut untuk segera dimobilisasi semuanya. Pekerjaan dan rutinitas yang sepertinya tiada berkesudahan. Buku-buku yang menuntut untuk segera dibaca. Ide yang berseliweran di ranah pemikiran yang mendorong-dorong untuk segera dituangkan dalam tulisan. Keinginan untuk bersekolah di Perguruan Tinggi Negeri Favorit (Universitas Indonesia Jurusan Ekonomi Manajemen). Traveling keliling Indonesia. Menghadiri acara pertemuan para blogger international di Jerman (semoga menjadi wakil Indonesia ya saya hehehe, Insya Allah, Amin). Bahasa Inggris yang mendukung perolehan skor TOEFL untuk sekolah ke luar negeri. Bahasa Jerman untuk traveling ke Eropa. But mostly, I want to improve my English, first. Karena kalau saya pikir-pikir, bahasa Inggris merupakan jembatan bagi saya untuk berhubungan dengan khalayak yang lebih luas di kancah global.

Beberapa minggu yang lalu saya sering sekali bertemu dengan orang-orang bule dari Jerman. Dan akhir-akhir ini, saya juga sering sekali bertemu atau menjumpai segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia-dunia Jerman. So, what does that mean? I think it's like a sound from the universe. Hehehe lol ;=). Saya jadi yakin bahwa segala sesuatu yang menjadi keresahan-keresahan dan keinginan dari hati yang paling dalam akan membawa dampak pada 'obsesi' (dalam arti positif) yang mendorong segala sesuatu yang kita kerjakan mengarah ke sana. Namun, di lubuk hati yang paling dalam, saya memang menginginkan untuk bisa menang dan berangkat ke Jerman. Dari dulu memang saya ingin pergi ke luar negeri, namun ke luar negerinya bukan ke Singapore atau Malaysia seperti teman-teman saya, yang tujuan utamanya hanya untuk foto-foto di Orchard Road atau Merlion atau Menara Petronas. Huht, turis banget kayaknya hehehe. Pengennya saya ke Jerman, ada sesuatu yang didapat dari perjalanan itu sendiri. Memang sih, foto-foto tetap jangan dilewatkan, namun hal itu hanya menjadi 'bumbu' dari perjalanan. Yang paling penting adalah pengalaman itu sendiri. Karena pengalaman tak bisa dicuri.

Dan ngomong-ngomong masalah Malaysia, teman saya yang baru saja pulang dari Malaysia bulan kemarin, tadi siang mengantarkan oleh-oleh berupa replika Menara Petronas dan gantungan kunci yang cantik banget. Wow, thanks a lot to Minardo Siregar untuk oleh-olehnya.

Balik lagi masalah prioritas, saya lagi membaca buku Alice's Adventure in Wonderland and Trought The Looking Glass. Buku klasik untuk anak-anak sih sebenarnya. Cuma karena dunia dan cerita Alice sedang hot-hotnya ni di bioskop, ya udah gak ada salahnya kalau saya baca buku itu. Sekalian buat nambah kosakata bahasa Inggris. Ada banyak buku di my 'ROOM to READ' yang sepertinya mengundang untuk segera dibaca.
Beberapa buku itu antara lain:
  1. The Lonely Planet Story karya Tony Wheeler
  2. Selimut Debu karya Agustinus Wibowo
  3. Room to Read karya John Wood
  4. Interpreter of Maladies karya Jhumpa Lahiri
  5. The Nameshake karya Jhumpa Lahiri
  6. The Windows karya Fira Basuki (versi bahasa Inggris dari novel Jendela-Jendela)
  7. The Rainbow Troops karya Andrea Hirata (versi bahasa Inggris dari novel Laskar Pelangi)
  8. dan beberapa judul lagi yang (pada saat menulis catatan ini) lupa saya judul bukunya.
Selain itu ada beberapa buku yang sudah saya incar untuk saya beli. Buku-buku tersebut adalah:
  1. Oeroeg
  2. The Templar Legacy
  3. Tanah Tabu
  4. The World without Us
Untuk judul yang ke-empat itu yang puengen banget membacanya dari dulu. Sepertinya buku itu mengandung magnet tersendiri yang mampu menghipnotis saya untuk segera membeli dan membacanya. Tapi, saya masih harus bisa menahan diri untuk membelinya hingga awal bulan depan. Sebenarnya sekarang sih juga bisa membelinya, cuma kok, sepertinya bulan ini belanja bukunya sudah di luar kewajaran (artinya sudah cukup kalap belanja buku). Pengen juga belanja baju, nonton film, dan beli tiket pesawat (yang anehnya tiket pesawat untuk hari liburan panjang sudah pada habis terjual .... hwaaaaa mewek.com).

Memang ya, keinginan manusia itu gak ada batasnya, sedang alat pemuas kebutuhan itu terbatas jumlahnya (wadew, teori ekonomi banget ni). Skala prioritas dibutuhkan karena keterbatasan waktu yang di miliki. Anehnya beberapa hari terakhir ini, waktu saya habis hanya untuk mengurusi masalah kerjaan di kantor saja. Bulan-bulan ini sampai dengan tanggal 31 Maret mendatang memang lagi musimnya orang lapor SPT Tahunan, jadi saya harus standby di depan untuk menerima laporan SPt itu. Capeknya minta ampun deh. jadi, sampeh rumah sudah langsung tepar. Segala rencana membaca, menulis, membuat resensi, atau belajar buat persiapan kuliah pun jadi berantakan. Bahkan untuk sekadar menulis di blog ini saja, rasanya tidak cukup waktu dan tenaga. Inspirasi sepertinya juga macet banget. Entah mengapa ketika saya selesai membaca buku Di Balik Layar Laskar Pelangi dan Di Balik Layar Sang Pemimpi, tak satupun dari keduanya yang sudah selesai saya tulis resensinya. Padahal pengen banget setiap buku yang sudah selesai saya baca pengen saya tulis sekalian resensinya. Akhirnya, setelah saya pikir-pikir, pekerjaan meresensi buku lebih baik saya masukkan dalam kategori kegiatan opsional saja. Karena saya ingin fokus buat nulis projek novel saya yang sudah sering terbengkalai. hahahahaha ini aja yang diomongin tapi belum juga dikerjakan. Huft, sebel juga kadang saya dengan ketidakkonsistenan diri.

Kalau ditanya apa yang paling diinginkan saat ini adalah menang di Jerman, terbang ke sana, bertemu dengan orang-orang baru, punya banyak waktu luang buat nulis buku, punya duit banyak buat traveling, punya waktu buat baca buku.

Tapi kalau di suruh milih ya satu itu. Pengen ke Jerman. Semoga menang. Semoga menang. Semoga menang. Ya Allah semoga saya berhasil menapaki semua hal yang saya inginkan, walaupun secara perlahan-lahan. Yang penting kesampaian semuanya. Amin.

So, sepertinya saya sudah ngobrol ngalor-ngidul, daripada saya melakukan kegiatan yang gak jelas, mending saya mulai saja membaca lagi buku Alice's Adventure in Wonderland and Trought The Looking Glass. Happee reading and good night.
Cheers to everyone.
;=)

Gambar dipinjam dari sini.

Saturday, January 30, 2010

Bali yang Mulai Menggoyahkan Iman

Halo prends,

Lama rasanya tidak menulis di sini. Kangen banget menulis tapi waktu belum mengijinkan. hahaha alasan klasik mode on. Belum genap sebulan saya liburan ke Belitong, sudah ada tawaran lagi dari teman-teman untuk menjelajah Bali. Pulau Dewata ini memang layak jadi salah satu tujuan wisata saya. Sudah lama sebenarnya saya ingin ke Bali. Cuma belum kesampaian saja. Yang menjadi kegundahan saya selama ini tentu saja adalah masalah biaya. Gila prend, belum sebulan juga mencelat ke Belitong, ini udah mau ke Bali saja.

Awalnya sih saya gak mau diajak, tapi setelah saya pikir-pikir, ada kamera digital mahal akan mengabadikan momen berharga itu, jadi iman saya untuk menunda pelancongan saya ke Bali jadi sedikit goyah. Gimana ni? Mau enggak, mau enggak, mau enggak, hahaha bingung terus terang. Banyak kesempatan terbuka lebar.

Banyak juga biaya yang akan keluar. So pasti itu, hampir 3 juta rupiah bok, bukan rupiah yang sedikit buat saya. Tapi masih ada 1 hari lagi buat saya untuk memikirkannya. Senin, keputusan tersebut akan diambil. Apakah saya mau ikut ke Bali atau enggak akan saya posting lagi nanti ceritanya.

Kalau memang jadi ke Bali, akan saya posting juga cerita-ceritanya nanti di sini. So, Ya Allah berikanlah saya rejeki yang barokah dan melimpah biar kalau ada acara-acara seperti ini tidak bingung-bingung lagi. Pengen banget mempunyai kebebasan finansial. Gak perlu pusing-pusing mikirin duit kalau lagi pengen jalan-jalan dan liburan.

Amin. Amin. Amin ya Allah, semoga diijabah doa saya. Amin.

Bali. Bali. Bali. Sepertinya semakin dekat saja kenyataan untuk menjelajah Bali.

I love Indonesia so much
Cheers to everyone
;=)

Sunday, January 24, 2010

Postingan Pertama dari Kamar Kos-Kosan

Alhamdulillah akhirnya saya punya modem baru. Akhirnya kesempatan itu datang juga. Barang yang ingin saya miliki perlahan-lahan saya dapatkan. Bulan ini modem udah di tangan. Pengen beli kacamata minus sebenarnya. Tapi lihat di toko kacamata kok harganya mahal gila ya. Pengen nyari yang paketan aja. Maklum lagi tanggal tua cin.

Btw busway, saya lagi merasa sedikit aneh ni. Walaupun sudah aneh dari sononya ya hehehe. Maksudnya, saya jadi bertanya-tanya, apakah muka saya ini kelihatan seperti orang yang banyak duit ya? Perasaan banyak banget yang pada mau pinjam duit ke saya. Padahal kebutuhan saya sendiri juga banyak. Belum lagi barang-barang yang ingin saya beli juga masih banyak. Jadi masih banyak juga dana yang musti saya kumpulkan.

Barusan udah telepon rumah. Ngobrol dengan nyokap n kakak. Lumayan dapet pencerahan juga tentang kehidupan. Tapi kenapa libur dua hari ini rasanya sangat-sangat tidak produktif ya? Pertama karena saya tidak nulis apa-apa selain tulisan ini. Yang kedua, mostly kehidupan yang saya jalani adalah facebookan yang gak penting, dan tidur karena kecapekan olah raga. Niatan untuk belajar juga kayaknya lenyap ni. Belum tau mau dimulai kapan. Postingan saya yang dulu tentang betapa kacaunya jadwal saya sepertinya punya judul baru, yaitu betapa amburadulnya jadwal yang sudah saya tetapkan.

Daripada saya banyak omong di sini mendingan saya mulai saja dengan membaca buku. O iya, mulai kemarin jumat, buku-buku yang tersedia di kamar saya kebanyakan adalah buku berbahasa Inggris. Kayaknya sudah mulai harus begitu deh. Pengen banget beli buku-buku yang berbahasa Inggris pokoknya. Paing tidak tiap bulan harus ada minimal tiga buku bahasa Inggris yang terbeli. So, ini PR lagi buat masalah anggaran. Semoga saja saya naik grade biar bisa tambah penghasilan.

Ok, cukup sampai sini dulu. Ntar malem kalau lagi gak capek nulis lagi. See you ;=)

Friday, January 15, 2010

Visit Belitong 2010 (Part 3)

Seperti janji saya, postingan kali ini akan saya paparkan tentang wisata kuliner saya selama di Belitong. Jadi jangan heran kalau isinya kebanyakan tentang makanan dan acara makan-makan. Langsung saja, tujuan di hari pertama kedatangan kami setelah sampai di Belitong dan mendapat tempat penginapan adalah makan. Perut sudah lapar sekali karena pagi tidak sempat sarapan. Maklum penerbangan pertama ke Belitong mulai jam 06.20. Habis sholat subuh kami sedah harus berangkat dan siap-siap. Kue selama di pesawat sepertinya sudah lama terlupakan karena sudah diembat. Sesuai dengan perut Indonesia, kurang mantab kalau belum ketemu ama nasi. So, tujuan utama kami yang pertama adalah makan. Kami pilih tempat makan yang ada di pantai Tanjung Tinggi. Biar setelah makan langsung bisa berenang di laut. Menu tujuan kami tentu saja seafood. Dan ternyata tempat makan ini menawarkan lebih daripada sekadar seafood biasa.

Makan seafood di tempat makan, Pantai Tanjung Tinggi, Belitong

Menu makan siang yang banyak banget.
Ada gangan, ikan bakar, udang bumbu, cah kangkung, dan lain-lain.

Gangan ikan dengan kuah santannya. Satu kepala ikan jadinya buanyak banget.

Gangan, sop ikan yang bikin penasaran saja. Sebenarnya saya tidak terlalu tahu apa itu gangan. Setelah lihat di internet tentang makanan khas Belitong, saya akhirnya tahu sedikit tentang apa itu gangan. Ini saya dapat dari situs http://belitungisland.com/. Jika ingin tahu lebih lanjut silakan klik link dari saya itu.


Makan Hok Lo Pan asli Belitong

Ini dia kue yang ingin saya makan. Hok Lo Pan. Kata orang sih martabak Bangka. Enggak juga sih. Manis juga rasanya. Ada cacahan kacang dan cokelat di tengahnya. Hhmmm yummy banget pokoknya. Gak salah kalau Andrea Hirata juga kesengsem dengan kue ini. Emang uenak pol. ;=)

Beli Durian di Depan Kantor Kejaksaan

Durian Belitong

Sebenarnya saya hanya pengen makan Hok Lo Pan saja. Itupun gara-gara saya tahu tentang informasi tersebut akibat membaca Buku Maryamah Karpov. Di buku itu dijelaskan tentang betapa lezatnya Hok Lo Pan buatan Lao Mi. Walaupun Hok Lo Pan yang saya dapat bukan buatan Lao Mi (karena Lao Mi udah meninggal dunia) namun saya tetap dapat menikmati lezatnya Hok Lo Pan asli Belitong. Memang mak nyus tenan. Tapi sayang banyak minyaknya hehehe. Teman-teman saya yang justru kegandrungan dengan yang namanya durian. Apa enaknya sih durian. Kok semua orang pada ngiler kalau ngelihat durian. Padahal saya kalau nyium baunya saja udah mual-mual gak jelas kayak demam panggung gitu. Kebetulan memang di sana lagi musim durian. Jadi yang demen ama durian merupakan surga. Dan orang-orang seperti saya yang anti ama yang namanya durian sama saja membenamkan diri di antara baunya durian yang menyengat. Jiiiaaahhhh. Apapun demi menyenangkan teman, yang makan durian ya makan durian, yang gak doyan durian ya terpaksa makan Hok Lo Pan saja. Ok lah gak masalah buat saya. Yang penting makan hehehe.


..... and the story goes ......


.: Hari kedua di Belitong :.


Hari kedua di Belitong diawali dengan sarapan di penginapan dengan nasi goreng dan segelas kopi. Benar-benar padanan yang aneh. Tapi karena laper habis lari pagi akhirnya diembat juga deh. Setelah mandi dan siap-siap akhirnya rombongan ke menuju Manggar. Kuliner yang ingin dicicipi di sini adalah kopi Manggar. Sebelumnya saya sudah tanya ama Vikri Septiawan (pemeran Ikal di film Sang Pemimpi) tentang lokasi enak buat jalan-jalan di Belitong. Dan kata dia kopi di Manggar Belitong itu uenak. Pak Mathias Muchus dalam salah satu wawancaranya saat promosi film Sang Pemimpi juga mengatakan kalau kopi Manggar emang eunak. Jadi, berbekal informasi tadi kami mencoba untuk menikmati kopi di sebuah warung kopi di Manggar.
Kalau menurut saya sih kopinya biasa saja. Encer. Mungkin karena saya orang Jawa di mana biasanya kopi yang saya nikmati adalah kopi kental yang agak pahit. Berbeda sekali pokoknya. Alih-alih saya merasa nikmat. Menurut saya rasa kopi Manggar biasa saja. Justru yang enak bukan kopinya. Tapi suasana minum kopinya. Anak-anak muda Manggar sepertinya hobi sekali minum kopi di warung. Bukan anak mudahnya saja sih, sepertinya orang-orang Manggar memang sudah tradisi minum kopi di warung. Tak ayal jika di daerah ini warung kopi bertebaran hampir di seluruh pasar.

Kopi Manggar

Setelah puas menghirup hangatnya kopi Manggar, akhirnya rombongan kembali siap-siap menuju ke kota Tanjung Pandan untuk ke rumah Suhaidi. Dalam perjalanan kembali ke kota, kami menyempatkan diri ke Bendungan Pice. Setelah itu melewati bekas-bekas galian tambang timah di kanan kiri jalan. Ada juga rawa-rawa yang (konon) katanya masih ada buaya liarnya. Empat puluh lima menit kemudian kami sudah kembali lagi di kota Tanjung Pandan. Sebelum kami ke rumah Suhaidi untuk menghadiri acara pernikahan adiknya, kami menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh khas Belitong yaitu kerupuk ikan yang terkenal itu.

Kerupuk Ikan khas Belitong

Kerupuk ikan ini enak sekali. Bukannya promosi tapi memang enak dan gurih dari sononya. Walaupun dari kemasan kelihatannya seperti produksi orang Cina, tapi yang memproduksi kerupuk ikan ini adalah pribumi Belitong alias orang-orang Melayu. Saya senang sekali makan kerupuk ini terutama untuk teman makan malam. Selain itu juga cocok buat cemilan. Pokoke mak nyus deh.

Setelah acara makan-makan kelar, ke Suhaidi juga selesai akhirnya kita pamit untuk pulang kembali ke Jakarta karena pesawat telah menunggu. So, dengan perasaan senang dan ingin berlama-lama di sini, dengan berat hati kami tinggalkan bumi Laskar Pelangi dengan segenap keunikannya. Kami semangat lagi untuk kembali bekerja ke kantor. Kembali untuk mencari duit lagi agar bisa tetep jalan-jalan lagi seperti saat ini. Terima kasih telah mengikuti saya jalan-jalan ke Belitong.

Di bandara H. AS. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan (lagi)
siap bertolak menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta

Selamat datang Jakarta. Selamat datang semangat baru. Cheers. ;=)

Thursday, January 14, 2010

Visit Belitong 2010 (Part 2)


Setelah istirahat siang, malamnya kita malam mingguan di Kota Tanjung Pandan. Pertama adalah nyari makan malam. Kita semua makan di sebuah kafe di daerah kota ni critanya. Nama kafenya adalah kafe Begalor. Sebenarnya tidak rame-rame banget tempat makan yang kita datangi. Makanannya pun rasanya juga standar saja. Tapi empek-empek telornya mak nyus banget untuk disantap panas-panas. Di kafe ini juga ada hiburan berupa live musik. Denger-denger dari temen saya, ini adalah kafe tempat anak-anak gaul Tanjung Pandan pada nongkrong. Ya ampyun hehehe.

Apapun lah akhirnya acara makan malam selesai. Rombongan melanjutkan perjalanan untuk mengantar Suhaidi (guide kita di Belitong) untuk pulang ke rumahnya. Setelah mengantar ke rumahnya rombongan kembali berbelanja untuk pesta malam minggu. Membeli air minum, hok lo pan, durian, dan cemilan-cemilan yang lainnya. Habis itu pulang. Dan jam 11 malam sepertinya mata sudah ngantuk berat. Walaupun di televisi ditayangkan film bagus yang dibintangi jeng Gong Li yaitu Curse of The Golden Flower akhirnya semuanya tepar akibat kekenyangan. Dan tidurlah kita semua ditemani bunyi ombak laut di kejauhan sana.

9 jam kemudian ....

Kita semua sudah siap dengan dandanan rapi. Mandi sudah, sarapan sudah. Saatnya menuju Manggar. Sebelum berangkat kita sengaja cek out sekalian dari penginapan agar tidak bolak-balik lagi hanya untuk mengambil tas. Soalnya jadwal kita sangat padat hari ini. Mulai keliling Belitong dan menghadiri kondangan juga. Plus jam tiga sore rombongan harus sudah ada di bandara untuk balik lagi ke Jakarta.

Dan perjalanan ke Manggar pun dimulai. Say goodbye to Pantai Tanjung Tinggi. See you next time ;=)

Setelah menempuh jarak sejauh 78 km akhirnya kami sampai di tempat yang dibawa oleh pak supir. Daerah ini bernama A satu. Semacam Puncak kalau di Bogor. Tempatnya emang enak. Bisa melihat pemandangan jauh dari ketinggian. View laut lepas yang tenang kelihatan jelas dari ketinggian ini. Tapi, tempatnya sepi. Sepertinya tempat ini ramai kalau malam hari. Cocok buat tempat pacaran. Karena gak ada apa-apa akhirnya kita cabut juga. Kali ini tujuan kita adalah setting film Laskar Pelangi yaitu SD Muhammadiyah Gantong.

Lokasi A1, semacam Puncak kalau di Bogor

Sd Muhammadiyah Gantong adalah SD tempat anak-anak Laskar Pelangi menuntut ilmu. Bangunannya sebenarnya sudah tidak ada lagi. Tapi untuk keperluan pembuatan film dibuatlah replika di salah satu halaman SD di Manggar. Ke situlah tujuan rombongan selanjutnya. Setelah sampai di situ replikanya pun sudah tidak ada. Katanya sudah dibongkar dan dipindah ke halaman belakang rumah Bupati. Hal itu dilakukan karena kayu-kayu yang dipakai untuk membangun replika sekolah tersebut banyak dicuri oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya saya dan teman-teman hanya bisa berfoto di bekas puing-puing replika SD Muhammadiyah Gantong tersebut.

Kayu yang masih tersisa dari replika SD Muhammadiyah Gantong

Saya nongkrong di tempat Mahar mendengarkan radio di film Laskar Pelangi

Setelah puas dengan sesi foto-foto yang cuma lima belas menit akhirnya saya dan teman-teman melanjutkan perjalanan ke Manggar. Menikmati kopi yang katanya uenak pol itu. Kita akhirnya dibawa pak supir ke sebuah warung di Manggar. Penjelasan tentang kopi dan kuliner lainnya akan ada di posting terakhir dari tulisan tentang Visit Belitong 2010.

Minum kopi di sebuah warung di Manggar

Setelah puas minum kopi kita menuju rumah Suhaidi. Dalam perjalanan kita dibawa ke bendungan Pice. Bendungan yang dibangun oleh Belanda ini menjadi salah satu tujuan wisata juga di Belitong. Sebenarnya sih tempatnya biasa saja. Jadi karena sudah turun dari mobil akhirnya kita sempatkan untuk foto-foto dulu sebentar.

Sesi foto di Bendungan Pice

Setelah puas keliling Manggar akhirnya kita siap kembali ke kota Tanjung Pandan. Perjalanan ke kota kita melewati jalan yang sepi. Tempat di kanan kiri juga nampak bekas-bekas galian timah yang terbengkalai. Persis seperti yang ditangkap kamera pada film Laskar Pelangi. Jadi perjalanan ini sepertinya napak tilas Laskar Pelangi hehehe.

Sebelum ke tempat Suhaidi kami sempatkan untuk membeli oleh-oleh. Dan tentu saja ganti baju dan sholat sebentar. Setelah sholat dhuhur kami ke tempat Suhaidi, salam-salaman, ketemu ama adiknya yang mau menikah, makan-makan, dan tak lupa berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. Tetep yah poto-potonya.

Dari kiri ke kanan
(Ari, Fuad, Bambang, Rinaldi, dan saya)
Suhaidi yang pakai batik hehehe

Acara nikahan sebetulnya belum dimulai. Tapi karena kita tamu istimewa yang sudah dikejar jadwal penerbangan untuk kembali ke Jakarta akhirnya kita makan duluan. Itulah akhirnya. Setelah itu kita ke bandara H. AS. Hanandjoeddin lagi untuk siap-siap kembali ke Jakarta. Tapi tulisan ini belum selesai. Masih ada satu lagi tulisan tentang wisata kuliner yang kita jalani. So, jangan lewatkan ya. See you soon ;=)

Wednesday, January 13, 2010

Visit Belitong 2010 (Part 1)

Di Penginapan Lor In, Pantai Tanjung Tinggi, Belitung

Akhirnya sampai juga saya di Belitung. Tepat pukul 07.10 pesawat mendarat dengan mulus di Bandara H. AS. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan. Kami langsung disambut dengan hujan gerimis. Maklum, waktu di atas pesawat juga sudah mendung, jadi pas sampai bandara gerimis akhirnya mengguyur. Kami semua menuju bandara dengan dibekali payung. Setelah sampai di ruang tunggu, ternyata sudah ramai sekali orang-orang yang menjemput sanak dan kerabat, porter yang memang menunggu obyekan. Kalau dipikir-pikir, yang datang ke bandara ini adalah orang-orang yang memang sudah saling kenal. Terbukti para porter pun juga sudah mengenali orang-orang yang baru turun dari pesawat. Saya dan rombongan sebenarnya juga berharap ada yang sudah menanti kedatangan kami, seorang putra daerah kelahiran Belitong yang sudah di-sms sebelum pesawat tinggal landas dan ternyata oh ternyata setelah dikonfirm ulang dianya masih tidur dan baru bangun. Alhasil saya dan teman-teman yang lain bengong-bengong gak jelas di bandara menunggu jemputan sampai.

Setelah jemputan sampai, tujuan kita adalah menuju ke penginapan. Banyak sekali penginapan yang ditawarkan di pulau ini dengan harga yang sangat variatif. Tujuan pertama kami adalah penginapan Lor In. Penginapan yang memang udah di booking saat masih di Jakarta. Setelah nyampe penginapan ternyata harganya mahal banget. Maka kami segera putar haluan dulu untuk mencari penginapan yang lebih representatif dengan keadaan kantong kami. Tujuan pertama adalah penginapan di Bukit Berahu. Penginapannya sih ok, buka pintu langsung pantai, harganya juga murah. Tapi, kalau mau makan musti naik tangga dulu yang jumlah anak tangganya 100 buah. Wadew, bisa gempor duluan ni orang-orang hehehe.

Pencarian kedua ke daerah Tanjung Kelayang. Di sini suasananya lebih ok. Pemandangannya bagus. Tapi banyak sekali perahu-perahu berseliweran di pantai, jadi kesannya kayak di pelabuhan gitu. So, anak-anak pada ill feel gitu deh. Dan akhirnya, setelah melewati proses pemikiran yang panjang, diskusi yang penuh debat dan berdarah-darah hahaha (lebay.com) diputuskan bahwa kita akan menginap di penginapan Lor In. Dua kamar pun disewa untuk dua hari satu malam. Setelah cek in, langsung tujuan pertama adalah makan. Soalnya dari pagi belum ketemu ama nasi. Perut kayaknya udah kangen banget. Tujuannya adalah pantai Tanjung Tinggi. Selain pengen makan seafood, juga pengen banget menikmati indahnya batu-batu granit seperti tertampil di film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Untuk wisata kuliner akan saya buatkan satu postingan tersendiri di blog ini. So, keep stay tunes untuk baca hehehe.

Ini dia Pantai Tanjung Tinggi .... indah ya .... ;=)

Setting film Laskar Pelangi

Sebenarnya sudah lama pengen banget ke sini. Buku dan film Laskar Pelangi membuat saya kepengin untuk melihat dari dekat lokasi pantai berbatu yang indah ini. Ditambah dengan pemberitaan di media masa, website pariwisata Belitung, dan foto-foto di akun facebook teman saya yang menggoda untuk segera bertandang ke sini. Akhirnya ketika ada ajakan dari teman sekantor langsung saya iyakan. And finally, here I am hehehe.

Setting film Sang Pemimpi

Film Sang Pemimpi saya tonton pada hari pertama ditayangkan. Tiga minggu kemudian saya akhirnya kesampaian untuk dateng ke tempat lokasi syutingnya. Sebenarnya sudah lama saya pengen berlibur ke pulau ini setelah menonton film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Kebetulan ada putra daerah yang lagi cuti karena ada acara keluarga akhirnya kita culik untuk menjadi guide menunjukkan lokasi-lokasi yang indah untuk tujuan wisata kita. Foto di plang Sang Pemimpi di atas sebetulnya sangat sulit untuk saya dapatkan. Hal itu karena waktu teman-teman sedang foto-foto di tempat ini, saya sedang menjalani ritual khusus yang sangat personal yaitu panggilan alam. Dan parahnya waktu saya sudah selesai pipis rombongan sudah pindah tempat ke lokasi syuting Laskar Pelangi. Alhasil saya belum punya kenang-kenangan foto di sini. Akhirnya, besok paginya saya nekat lari pagi ke lokasi ini. Jadi poto ini diambil pada hari kedua kunjungan saya ke Belitung. Untungnya hari cerah. Sinar matahari bersinar lembut. Tidak mendung seperti hari sebelumnya. Saya sendirian jalan ke tempat ini karena teman-teman masih pada ngorok di penginapan. Sampai lokasi pun gak ada orang sama sekali. Akhirnya ketika ada ibuk-ibuk yang buka warung paling pagi saya mintai tolong untuk mengambil gambar. Setelah dapet dan saya puas dengan hasilnya, saya mampir sebentar di lokasi syutingnya Laskar Pelangi sekalian karena memang berdekatan. Di situ ketemu ama bapak-bapak botak dan keluarganya yang mempunyai keinginan sama dengan saya untuk berfoto di tempat tersebut padahal kemarin sudah berkunjung. Akhirnya saya dapat foto juga yang bagus seperti saya posting di bagian paling bawah postingan ini. Wah senang deh rasanya ketemu ama orang-orang baik dan suka menolong hehehe.

Foto favorit saya

Kenapa menjadi favorit karena lokasi tersebut lumayan tersembunyi. Air lautnya juga lumayan bening walaupun hari sedang mendung. Jadi rasa-rasanya seperti pengen berlama-lama ada di sini. Tapi karena tujuan wisata yang ingin kami kunjungi masih banyak dan badan sudah capek dan pegal-pegal semua, akhirnya diputuskan untuk pulang ke penginapan untuk beristirahat.

Lokasi favorit kedua di setting film Laskar Pelangi

Foto di atas yang saya katakan diambil oleh bapak-bapak botak dari Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Wah senang sekali, gak sia-sia akhirnya dapet poto di sini. Liburan yang menyenangkan dan penuh kenangan. Capek tapi menyenangkan. Pulang dari foto-foto ini saya nebeng pak cik yaitu orang setempat yang lagi jalan-jalan naik sepeda motornya menuju ke penginapan karena sudah pada mau berangkat ke Manggar, jadi saya harus cepet sampai. Jelas gak cukup waktunya kalau saya lari atau jalan kaki pelan-pelan. Because narsisme is not a crime, masih banyak foto-foto dan cerita-cerita lainnya yang akan saya posting di sini. See you ;=)

Tuesday, January 12, 2010

Pesawat Pertama

Pertama kalinya saya naik pesawat terbang adalah waktu liburan ke Belitung weekend kemarin. Akhirnya ngrasain juga naik pesawat terbang. Naik pesawat Boing 737 dari maskapai penerbangan Sriwijaya Air. Sempat deg-degan juga. Naik pesawat terbangnya cuma 55 menit dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta ke Bandara H. AS. Hananjoeddin Tanjung Pandan, tapi deg-degannya dari tiga hari sebelum keberangkatan. Maklum ini penerbangan saya yang pertama kali hehehe. Belitong I'm coming.

Friday, January 08, 2010

What A Wonderful Day

Lama sekali saya tak menulis di sini. Rasa-rasanya saya sudah kangen untuk menulis lagi. Entah tidak tahu kenapa, sepertinya saya sedang mengalami stres berat. Banyak sekali pikiran bergelayut di benak saya. Ada pikiran yang bahagia dan tidak. Lebih baik saya bahas yang bahagia saja ya daripada membahas yang tidak enak justru akan membawa mood yang tidak enak juga.

Alhamdulillah saya hari ini menerima banyak sekali hadiah. Pertama tadi saya dinobatkan oleh teman-teman kantor sebagai Pegawai Terheboh 2009. Bukan penghargaan yang serius. Cuma untuk sebuah relaksasi karena target penerimaan untuk tahun 2009 tercapai dengan tingkat pencapaian sebesar 110%. Acaranya seru abis. Dihadiri oleh para pejabat teras Kanwil Banten. Sempet nglontarin jokes juga. Seneng juga akhirnya acara selesai dengan sukses dan lancar.

Keluar dari aula, tiba-tiba seorang cleaning servise di kantor saya memberikan sebuah bingkisan yang katanya kiriman pos untuk saya. Ternyata paket hadiah dari Tim Internet Sehat karena blog saya Keajaiban Kata dinobatkan sebagai inspiring blog pemenang Internet Sehat Blog Award 2009 untuk minggu kelima Desember 2009. Sungguh suatu kehormatan bagi saya untuk menerima penghargaan itu. Blog bagi saya adalah semacam media untuk mengekspresikan diri selain juga untuk latihan menulis. Jika apa yang saya lakukan, baik iseng-iseng maupun serius berkaitan tentang dunia per-blog-an ternyata mendapat apresiasi yang begitu besar dari para pembaca, baik adanya kesediaan untuk sekadar mengintip, bahkan sampai ada yang terinspirasi, itu merupakan nilai lebih dan juga penghargaan yang tidak saya sangka-sangka sebelumnya. Terima kasih untuk Tim Internet Sehat yang sudah menobatkan blog saya sebagai pemenang. Terima kasih untuk kakak saya, Luhung Widhayanto, for jus being there with enermous and contagious energy. Spesial thanks to Saverio Ratu, for always believing in my writing talent. Dan, terima kasih untuk semua pengunjung, pembaca, penikmat blog saya. Terima kasih untuk apresiasi yang begitu menyemangati.

Dan gongnya di sini. Besok saya akan berangkat ke Belitong. Tiket untuk pulang pergi Jakarta-Tanjung Pandan sudah di tangan. Tak sabar rasanya untuk segera menghirup udara bumi Laskar Pelangi. Tujuan utama temen-temen saya ngajak ke sana adalah pengen poto-poto di batu-batu granit yang jadi setting film Laskar Pelangi. Norak banget gak sih hehehe. Gak apa-apa yang penting acara travelingnya ok. Pengen banget mengikuti jejak mbak Trinity untuk suka jalan-jalan. So, this will be my first journey outside Java island after Madura. Semoga perjalanannya lancar-lancar. Selamat sampai tujuan. Gak ribet. Selamat kembali sampai di rumah. Amin. Coz, ini juga pertama kalinya saya flying without wing, artinya ini pertama kalinya saya naik pesawat. Hahahaha. Dasar, orang katrok ya saya hehehe. Gak apa-apa lah. Yang penting OK. Pesawat insya Allah akan berangkat pukul 06.20 dari bandara Soekarno Hatta. So, Belitong I'm coming. Wish me luck.

Untuk cerita-cerita yang mengenai serunya (semoga seru ya) saya dan teman-teman di Belitong akan saya posting minggu depan setelah saya balik lagi hehehe.
Doakan selamat ya. hehehe. Nervous mode on.
OK, bismillahhirrohmannirrohim.
;=)