Friday, August 28, 2009

Mulai (lagi)

Lama sudah saya tidak menulis di blog ini. Bukannya malas namun lebih kepada 'tak ada hal yang patut ditulis'. Tapi setelah saya pikir-pikir, kebiasaan menulis, sekalipun hal-hal remeh temeh kadang-kadang bisa menjadi hal yang berguna di kemudian hari. Dan berangkat dari pemikiran tersebut, saya berusaha untuk menulis di blog ini sesering yang saya bisa.

Kegiatan tulis-menulis yang saya jalankan bisa dibilang masih hijau. Banyak sekali hambatan menggoda yang memberikan alasan untuk tidak menulis. Sabtu minggu merupakan waktu yang ideal untuk melakukan proyek yang saya jalankan untuk memulai menulis cerita. Dari dulu saya memang berencana untuk menulis buku. Baru sebatas rencana. Itulah yang membuat ide-ide yang bercokol di kepala saya kadang-kadang bukannya mengendap malah kadang terlupakan. Terlalu banyaknya buku-buku yang belum terbaca, waktu yang terbuang percuma tanpa meninggalkan jejak makna sedikitpun, dan acara-acara yang ingin dihadiri namun tak bisa terhadiri, membuat saya berpikir bahwa keputusan besar untuk sejenak berhenti dan mengasingkan diri dari segala rutinistas kehidupan dan fokus untuk menulis harus segera diambil.

Fokus. Itulah sebenarnya kunci utama untuk menyelesaikan segala permasalahan kepenulisan yang saya alami. Saat ini saya masih belum bisa fokus untuk secara serius dan terus-menerus menulis dalam jangka waktu yang relatif lama demi menghasilkan berlembar-lembar naskah tulisan. Perasaan malas yang yang menggelayut (masih) menjadi musuh utama dan serius dalam setiap kesempatan yang saya miliki. Ingin sekali membuat tenggat waktu. Tapi, seperti saya bilang tadi bahwa tenggat waktu kadang-kadang membuat saya seperti terpenjara sendiri dalam sebuah dunia yang saya buat sendiri.
Perasaan tidak enak, sebagai bagian dari kehidupan yang tertanam dalam diri 'orang timur' kadang kala masih menjadi satu penyebab belenggu yang memenjara jiwa. Namun, apabila saya mengambil sebuah keputusan yang 'sangat egois', saya akan mendapat sebuah label yang sangat arogan dalam menyikapi orang lain.

Adanya kegiatan tak terduga kadangkala juga menjadi semacam penyebab terganggunya kegiatan menulis yang saya jalankan. Perasaan ingin datang namun di sisi lain telah ada jadwal yang terencana untuk dilaksanakan membuat saya berpikir untuk menjadwal ulang kegiatan tersebut. Tentu saja kegiatan yang akan saya jadwal ulang menyangkut kegiatan yang dalam pemikiran saya dapat memberikan nilai lebih, dalam artian bisa mendukung karier kepenulisan saya kelak, atau yang dapat memberikan impresi dalam diri, sehingga bisa jadi akan memberikan perasaan menyesal karena acara serupa tidak akan terulang lagi.

Saya juga mengalami sebuah inefisiensi dalam menggunakan perangkat yang sudah saya miliki. Di rumah telah ada laptiop, namun benda tersebut sampai saat ini hanya berfungsi sebagai alat pemutar DVD dan sarana menulis catatan harian. Saya masih belum berani menulis cerita secara langsung dengan menuangkannya dalam bahasa biner. Tak tahu kenapa, saya lebih senang menulis di atas kertas untuk kemudian saya salin (baca: edit) dengan menuliskannya di laptop. Beberapa alasan yang menjadi perhatian saya mengapa menulis dengan tinta dan kertas karena alasan yang klise. Saya memilih cara menulis yang saya rasa paling nyaman untuk dilakukan. Sekalipun kadang-kadang terasa pegal juga menggoreskan tinta di lembaran-lembaran kertas, saya sangat menyukai kegiatan tersebut. Saya juga sangat senang berada di antara lembaran-lembaran kertas. Banyak sekali kertas-kertas yang sudah tidak terpakai atau buku-buku yang memang belum dipakai tapi tidak tahu mau dipakai buat apa, yang akhirnya menumpuk di gudang, akhirnya saya putuskan untuk menggunakannya sebagi media menulis. Saya menganggap hal itu sebagai sebuah ketidakefektifan yang sangat menyenangkan.

Ditemani segelas susu atau minuman ringan dan beberapa cemilan saya biasanya mulai menulis. Dan satu hal yang membuat saya merasa bebas, saya masih single dan belum punya pacar, sehingga saya tidak perlu repot-repot memikirkan harus mengurus anak orang atau janjian berkencan yang nyata-nyata akan membunuh waktu kreativitas dengan percuma (untuk saat ini). Begitulah kehidupan saya, orang dengan impian besar dan penuh dilema dalam merealisasikannya. Tak banyak orang yang tahu bahwa dalam dirinya penuh dengan cita-cita.

No comments:

Post a Comment