Wednesday, January 13, 2010

Visit Belitong 2010 (Part 1)

Di Penginapan Lor In, Pantai Tanjung Tinggi, Belitung

Akhirnya sampai juga saya di Belitung. Tepat pukul 07.10 pesawat mendarat dengan mulus di Bandara H. AS. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan. Kami langsung disambut dengan hujan gerimis. Maklum, waktu di atas pesawat juga sudah mendung, jadi pas sampai bandara gerimis akhirnya mengguyur. Kami semua menuju bandara dengan dibekali payung. Setelah sampai di ruang tunggu, ternyata sudah ramai sekali orang-orang yang menjemput sanak dan kerabat, porter yang memang menunggu obyekan. Kalau dipikir-pikir, yang datang ke bandara ini adalah orang-orang yang memang sudah saling kenal. Terbukti para porter pun juga sudah mengenali orang-orang yang baru turun dari pesawat. Saya dan rombongan sebenarnya juga berharap ada yang sudah menanti kedatangan kami, seorang putra daerah kelahiran Belitong yang sudah di-sms sebelum pesawat tinggal landas dan ternyata oh ternyata setelah dikonfirm ulang dianya masih tidur dan baru bangun. Alhasil saya dan teman-teman yang lain bengong-bengong gak jelas di bandara menunggu jemputan sampai.

Setelah jemputan sampai, tujuan kita adalah menuju ke penginapan. Banyak sekali penginapan yang ditawarkan di pulau ini dengan harga yang sangat variatif. Tujuan pertama kami adalah penginapan Lor In. Penginapan yang memang udah di booking saat masih di Jakarta. Setelah nyampe penginapan ternyata harganya mahal banget. Maka kami segera putar haluan dulu untuk mencari penginapan yang lebih representatif dengan keadaan kantong kami. Tujuan pertama adalah penginapan di Bukit Berahu. Penginapannya sih ok, buka pintu langsung pantai, harganya juga murah. Tapi, kalau mau makan musti naik tangga dulu yang jumlah anak tangganya 100 buah. Wadew, bisa gempor duluan ni orang-orang hehehe.

Pencarian kedua ke daerah Tanjung Kelayang. Di sini suasananya lebih ok. Pemandangannya bagus. Tapi banyak sekali perahu-perahu berseliweran di pantai, jadi kesannya kayak di pelabuhan gitu. So, anak-anak pada ill feel gitu deh. Dan akhirnya, setelah melewati proses pemikiran yang panjang, diskusi yang penuh debat dan berdarah-darah hahaha (lebay.com) diputuskan bahwa kita akan menginap di penginapan Lor In. Dua kamar pun disewa untuk dua hari satu malam. Setelah cek in, langsung tujuan pertama adalah makan. Soalnya dari pagi belum ketemu ama nasi. Perut kayaknya udah kangen banget. Tujuannya adalah pantai Tanjung Tinggi. Selain pengen makan seafood, juga pengen banget menikmati indahnya batu-batu granit seperti tertampil di film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Untuk wisata kuliner akan saya buatkan satu postingan tersendiri di blog ini. So, keep stay tunes untuk baca hehehe.

Ini dia Pantai Tanjung Tinggi .... indah ya .... ;=)

Setting film Laskar Pelangi

Sebenarnya sudah lama pengen banget ke sini. Buku dan film Laskar Pelangi membuat saya kepengin untuk melihat dari dekat lokasi pantai berbatu yang indah ini. Ditambah dengan pemberitaan di media masa, website pariwisata Belitung, dan foto-foto di akun facebook teman saya yang menggoda untuk segera bertandang ke sini. Akhirnya ketika ada ajakan dari teman sekantor langsung saya iyakan. And finally, here I am hehehe.

Setting film Sang Pemimpi

Film Sang Pemimpi saya tonton pada hari pertama ditayangkan. Tiga minggu kemudian saya akhirnya kesampaian untuk dateng ke tempat lokasi syutingnya. Sebenarnya sudah lama saya pengen berlibur ke pulau ini setelah menonton film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Kebetulan ada putra daerah yang lagi cuti karena ada acara keluarga akhirnya kita culik untuk menjadi guide menunjukkan lokasi-lokasi yang indah untuk tujuan wisata kita. Foto di plang Sang Pemimpi di atas sebetulnya sangat sulit untuk saya dapatkan. Hal itu karena waktu teman-teman sedang foto-foto di tempat ini, saya sedang menjalani ritual khusus yang sangat personal yaitu panggilan alam. Dan parahnya waktu saya sudah selesai pipis rombongan sudah pindah tempat ke lokasi syuting Laskar Pelangi. Alhasil saya belum punya kenang-kenangan foto di sini. Akhirnya, besok paginya saya nekat lari pagi ke lokasi ini. Jadi poto ini diambil pada hari kedua kunjungan saya ke Belitung. Untungnya hari cerah. Sinar matahari bersinar lembut. Tidak mendung seperti hari sebelumnya. Saya sendirian jalan ke tempat ini karena teman-teman masih pada ngorok di penginapan. Sampai lokasi pun gak ada orang sama sekali. Akhirnya ketika ada ibuk-ibuk yang buka warung paling pagi saya mintai tolong untuk mengambil gambar. Setelah dapet dan saya puas dengan hasilnya, saya mampir sebentar di lokasi syutingnya Laskar Pelangi sekalian karena memang berdekatan. Di situ ketemu ama bapak-bapak botak dan keluarganya yang mempunyai keinginan sama dengan saya untuk berfoto di tempat tersebut padahal kemarin sudah berkunjung. Akhirnya saya dapat foto juga yang bagus seperti saya posting di bagian paling bawah postingan ini. Wah senang deh rasanya ketemu ama orang-orang baik dan suka menolong hehehe.

Foto favorit saya

Kenapa menjadi favorit karena lokasi tersebut lumayan tersembunyi. Air lautnya juga lumayan bening walaupun hari sedang mendung. Jadi rasa-rasanya seperti pengen berlama-lama ada di sini. Tapi karena tujuan wisata yang ingin kami kunjungi masih banyak dan badan sudah capek dan pegal-pegal semua, akhirnya diputuskan untuk pulang ke penginapan untuk beristirahat.

Lokasi favorit kedua di setting film Laskar Pelangi

Foto di atas yang saya katakan diambil oleh bapak-bapak botak dari Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Wah senang sekali, gak sia-sia akhirnya dapet poto di sini. Liburan yang menyenangkan dan penuh kenangan. Capek tapi menyenangkan. Pulang dari foto-foto ini saya nebeng pak cik yaitu orang setempat yang lagi jalan-jalan naik sepeda motornya menuju ke penginapan karena sudah pada mau berangkat ke Manggar, jadi saya harus cepet sampai. Jelas gak cukup waktunya kalau saya lari atau jalan kaki pelan-pelan. Because narsisme is not a crime, masih banyak foto-foto dan cerita-cerita lainnya yang akan saya posting di sini. See you ;=)

No comments:

Post a Comment