Monday, September 07, 2009

Bahasa Inggris

Entah mengapa sampai sekarang saya belum lancar berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Padahal pertama kali saya berkenalan dengan bahasa ini adalah ketika duduk di bangku SLTP. Saat itu saya merupakan murid terbodoh dalam kelas bahasa Inggris. Maklum, saya berada di kelas unggulan. Teman-teman saya satu kelas mayoritas adalah jebolan dari SD-SD favorit di kabupaten, sementara saya merupakan anak desa yang terdampar dan ikut bersekolah ke kota. Mereka sejak SD sudah mendapatkan bekal bahasa Inggris. Tapi itu bukan sebuah alasan tentu saja.

Pada dasarnya saya sudah belajar bahasa Inggris dengan sungguh-sungguh. Malah pernah waktu SMU, saya pernah mendapat nilai paling tinggi di sekolah waktu UAN. Hal yang membuat saya sekaligus guru-guru saya heran pada waktu itu. Pertama, karena saya bukan siswa yang diunggulkan untuk memperoleh nilai tinggi di mata pelajaran bahasa Inggris. Kedua, orang-orang cenderung underestimate pada saya mengenai kemampuan di bidang ini. Yah, memang, seperti yang pernah saya katakan pada tulisan saya kemaren, bahwa orang-orang akan cenderung meremehkan saya dalam suatu bidang sampai orang tersebut benar-benar mengetahui kalau saya mampu untuk melakukannya.

Yah tapi tidak masalah buat saya. Yang masih membuat saya bingung, mengapa orang lain kelihatannya sangat mudah menyerap bahasa Inggris dan mampu menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari walaupun interaksi mereka dengan bahasa tersebut mungkin sama dengan saya. Alias jarang banget. Saya melihat mereka mudah sekali bercakap-cakap dengan bahasa Inggris. Atau mungkin karena setiap kali akan ngomong dalam bahasa Inggris, saya agak grogi atau menganggap orang yang menjadi mitra saya dalam berkomunikasi memiliki kemampuan di atas saya. Kadangkala kepercayaan diri sangat mempengaruhi kelancaran dalam berkomunikasi.

Itu saya setuju. Tapi mengapa ya, untuk sekadar ngobrol dalam bahasa Inggris saja saya kagok, alias selalu tergoda untuk memakai bahasa gorila.

Saya kadang berpikir jika suatu ketika saya menjadi penulis terkenal dari Indonesia yang karya-karyanya dibaca oleh banyak orang di seluruh penjuru dunia, masuk televisi, dan undangan wawancara baik dari televisi lokal maupun televisi mancanegara berdatangan, terus apa saya harus menggunakan bahasa Indonesia terus?

Kadangkala permasalahan ini mengusik saya. Pernah saya berandai-andai ketika melihat acara talkshow Oprah Winfrey, bahwa saya adalah orang yang menjadi bintang tamu di acara tersebut. Wah sepertinya menyenangkan. Bisa ngobrol lancar dalam bahasa Inggris dengan ratunya acara bincang-bincang. Makanya berangkat dari hal itu, selain ingin mengasah kemampuan menulis, saya ingin mengasah kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Walaupun saya pernah membaca bahwa fokuslah pada apa yang menjadi keresahan hatimu dan fokuslah pada satu bidang saja. Tapi saya kira, keduanya berangkat dari sesuatu yang berbeda.

Menulis adalah hobi saya dan kegiatan itu sudah saya lakukan sejak saya duduk di bangku SLTP. Sedangkan bahasa Inggris merupakan jembatan bagi saya untuk meraih apa yang menjadi impian saya sewaktu kecil yaitu menjadi penulis. Bahasa Inggris menjadi semacam katalis dalam kegiatan kepenulisan saya. Bahasa Inggris akan membuat saya menjadi mudah dalam menyampaikan ide-ide atau pemikiran ketika saya ditanya oleh orang-orang yang tidak berbahasa Indonesia. Sekarang pun kalau saya sedang mengakses situs pertemanan seperti Facebook, acapkali bahasa Inggris membantu saya dalam berkomunikasi dengan orang asing. Tapi karena kemampuan saya dalam bahasa ini bisa dibilang pas-pasan, maka kata-kata yang keluar pun tak jarang adalah kata-kata umum sehari-hari yang mudah dipahami.

Yah not bad lah. Tapi jika suatu saat, dalam suatu kesempatan saya diajak seseorang untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris mungkin saya akan kelihatan kalau level saya masih berada di tahap basic. Pernah dalam suatu kesempatan di acara pameran buku, saya didatangi oleh orang bule yang menanyakan keberadaan money changer terdekat. Sebenarnya saya bisa menerangkan kalau keadaannya tenang. Namun karena panik, jawaban yang keluar dari mulut saya kebanyakan adalah e ee eee eee gak jelas yang sangat memalukan. Dan satu jurus yang paling menjijikkan di seluruh dunia yaitu kata-kata “I’m so sorry, I can’t speak English fluently”.

Memalukan. Sungguh memalukan. But It’s me. Anak desa yang terdampar hidup di kota besar dengan multietnis di mana kemampuan dalam bahasa Inggris sangat dihargai. Maka dari itu, saya akan mulai belajar lagi tentang bahasa Inggris. Dua kegiatan dalam satu waktu. Walaupun kelihatannya berat, tapi saya ingin membuatnya terkesan fun dan dibuat santai saja. Yang penting bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan lancar tanpa harus berkata tidak bisa jika suatu saat diajak ngobrol. So, let’s start our study ;=)

2 comments:

  1. Yes, I think a lot of people have a similar experience. When you are learning English, try to focus on positive parts like expressing yourself and having fun rather than comparing yourself to your friends.

    Use the power of positive thinking to improve your confidence and your fluency will develop a lot faster.

    Wil @ Wil's World of Words

    ReplyDelete
  2. @ Will

    Thank you so much for visiting my journal, nice to know u. Cheers!!!
    ;=)

    ReplyDelete